watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MELODY SEKS

Seminar tentang management terkadang
merupakan refreshing dari kesibukan di kantor,
apa lagi kalau pembicaranya menarik. Meskipun
sebenarnya aku tidak terlalu berminat, tapi karena
tugas dari kantor maka mau tidak mau harus berangkat juga.

Session pertama tidaklah terlalu menarik, topiknya
bagus tapi pembicaranya terlalu datar dalam
menyampaikan, begitu juga pembicara kedua
tidak ada yang istimewa hingga acara makan
siang. Session ketiga adalah paling berat, dimana
serangan kantuk datang, pembicaranya haruslah
pintar membawa suasana.
Begitu session ketiga, berjalanlah ke podium
seorang wanita cantik dengan anggunnya,
menyihir pesona peserta seminar. Dengan santai
dan penuh percaya diri dia duduk di deretan
pembicara dan moderator, lalu sang moderator
membacakan Curiculum Vitae dia, namanya
Natasya Kusumawati. Tersentak aku
mendengarnya setelah semua CV dibaca.
Kupandang lebih seksama, aku hampir yakin
bahwa dia adalah Nana, teman SMA dulu, wanita
pertama kepada siapa aku jatuh cinta dan wanita
pertama pula yang membuatku patah hati karena
cintaku yang tidak terbalas.
Selama session dia, aku tidak dapat
mengkonsentrasikan pada materi seminar,
kunikmati penampilan Bu Natasya, nama
resminya, hingga tidak terasa session dia sudah
habis dan dilanjutkan dengan coffea break.
Bu Natasya dikelilingi banyak peserta seminar
untuk melanjutkan tanya jawab yang tidak
terakomodir di forum seminar. Dengan
tangkasnya dia menjawab semua pertanyaan.
Hingga pada suatu kesempatan dimana dia
sendirian saat mengambil kue, kusapa dia dengan
nama akrabnya.
"Nana ya..?" sapaku agak ragu.
Langsung Bu Natasya membalikkan badannya,
rambutnya yang terurai menebarkan harum
semerbak.

"Haii.., Hendra ya..?" sapa Nana terkejut.
"Kamu sekarang lain, tidak seperti waktu dulu
masih SMA, jauh berubah.." lanjut Nana, ada
binar kebahagiaan di matanya.
"Kamu juga lain, congratulation good
presentation, banyak kemajuan baik penampilan
maupun kedewasaan.." balasku.
"Gimana kabarmu dan dimana aja kamu selama
ini..?" lanjutku.
"Aku di sekitaran sini aja setelah dari Australia,
sekarang aku nginap di hotel ini, habis ini mampir
ya, aku udah kangen pingin tahu cerita lainnya.."
jawab Nana kegirangan.
"Oke, abis acara ini bagaimana..?" usulku.
"Oke aku di kamar 806, langsung aja ke kamar
setelah acara.." katanya sambil meninggalkanku
karena acara berikutnya segera dimulai.
Sisa session sudah tidak kuperhatikan lagi,
bayangan Nana masih terbayang di mataku,
sungguh anggun dan dewasa penampilannya.

Setelan jas dan baju kerjanya tidak dapat
menutupi postur tubuhnya yang dari dulu
kuimpikan, malah lebih seksi, dan penampilannya
yang penuh percaya diri menambah keanggunan
dan inner beauty-nya.
Pukul 4.30 sore acara sudah selesai, bergegas aku
menuju lantai 8 kamar 06 yang ternyata letaknya
di pojok. Agak ragu kupencet bell di pintu. Tidak
lama kemudian muncullah Nana dari balik pintu,
dengan mengenakan pakaian santai t-shirt dan
celana pendek sungguh jauh berbeda dengan
penampilan saat di podium. Sekarang kulihat
Nana yang kukenal dulu, tidak jauh berbeda,
dengan make-up tipis nyaris tidak kelihatan, dia
begitu cantik alami.
"Sorry agak lama ya, abis aku tadi ketiduran sih,
masuk Hend, santai saja.., anggap rumah
sendiri..," sapanya sambil mempersilakan aku
masuk.
"Ah nggak apa.." jawabku.
"Baru bangun tidur saja cantiknya seperti itu,"
pikirku.
"Nggak ada yang marah nih kalau kita berdua saja
di kamar..?" kataku mulai memancing.
"Ah nggak ada, paling juga bini kamu..," jawabnya.

Akhirnya kami mengobrol dan bernostalgia,
kemudian aku tahu kalau dia tidak punya anak
dan sudah berpisah dengan suaminya sekitar tiga
tahun yang lalu, karena mereka sama-sama
mengejar karier, dan suaminya punya affair
dengan rekan sekantornya. Untuk menghibur diri
dan pelarian, Nana melanjutkan study
managemant di Australia, dan sekarang inilah dia,
seorang wanita karier dan consultant
management yang sedang menanjak.
Aku permisi ke kamar mandi, tanpa sengaja
melihat benda aneh di tumpukan handuk setelah
kuperhatikan, ternyata sebuah set vibrator
dengan berbagai ukuran dan model, pikiranku
mulai menebak-nebak dan memaklumi
perbuatannya, sebagai seorang wanita normal
kebutuhan sex memang perlu, apalagi sudah
beberapa tahun tanpa lelaki pendamping. Lagi
asyik aku memperhatikan vibrator itu, tiba-tiba
pintu diketuk dari luar.
"Hend, mandi aja sekalian.." teriak Nana dari luar.
"Eh.., anu.. emm.. emang aku ingin mandi kok..!"
jawabku gugup dan sekenanya.
Segera kubuka pakaianku sambil mengamati
peralatan toiletrees miliknya, ternyata kutemukan
juga lubricant alias pelumas, mungkin pasangan
vibrator pikirku lagi.
Setelah aku selesai mandi, gantian Nana mandi,
ternyata dia sudah menyiapkan kimono untukku.

Tidak lama kemudian dia selesai mandi dan hanya
berbalut handuk di tubuhnya. Nana keluar kamar
mandi, takjub aku dibuatnya, tubuhnya begitu
mulus dan seksi.
"Hend, kamu tadi lihat ini ya..?" katanya penuh
selidik sambil mempertunjukkan vibratornya.
"Eh.., anu.., nggak sengaja kok, maaf ya, sunguh
aku nggak sengaja, jangan marah ya..," kataku
membela diri takut dia marah karena privacy-nya
terganggu.
"Nggak apa kok, kita sama-sama dewasa. Selama
ini alat inilah yang memuaskan kebutuhanku."
katanya tanpa ada nada sungkan, tapi kulihat
kepedihan di matanya.
Kupegang tangannya dan kutarik Nana ke
pelukanku, dia tidak melawan dan membalas
pelukanku, kepalanya disandarkan di bahuku,
harum rambutnya membuat birahiku naik.
"Hend, temani aku malam ini, I'll do everything
for you, demi masa lalu kita, ya, please..!"
bisiknya meminta dan merajuk.
Tanpa menjawab, kucium keningnya, pipinya
dan kulumat bibir manisnya, terasa begitu lembut
dan penuh getaran-getaran yang aku sendiri tidak
tahu. Jantungku berdegub kencang, aliran darah
serasa mencapai ubun-ubun, dan dengan sedikit
gemetar tanganku membelai rambutnya.
Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi,
berhadapan dengan Nana, kepada siapa aku
pertama kali fall in love, membuatku menjadi
begitu nervous. Aku hanya berani mencium pipi
dan bibirnya saja, tidak ada keberanian untuk
lebih jauh, meskipun nafsu sudah meninggi.
Ternyata Nana salah pengertian, dia melepaskan
pelukanku.
"Hend, kalau kamu keberatan temani aku nggak
apa kok, aku mengerti dan nggak marah,"
katanya sambil memandang mataku dengan
tajam.

"Bukan itu Na, terus terang aku nervous
berhadapan sama kamu, mengingat masa lalu
cinta yang nggak kesampaian," jelasku.
Nana langsung menerjang ke pelukanku hingga
kami berdua terjatuh ke ranjang. Kembali mulut
kami memadu kasih, permainan lidah yang
sungguh indah karena bukan hanya sekedar
nafsu, tapi ada feeling yang tidak terlukiskan.
Sepertinya kami saling melepas rindu yang sudah
jauh terpendam. Kugulingkan tubuh kami hingga
sekarang aku menindih tubuh Nana, ciumanku
langsung mendarat di lehernya yang jenjang,
tanganku menarik handuk penutup tubuhnya
hingga terlepas, dan ternyata dia sudah tidak
memakai pakaian dalam lagi. Kulepas kimono dan
celana dalamku, sambil menikmati keindahan
tubuh Nana yang sudah telanjang, ternyata jauh
lebih indah dan lebih seksi dari imajinasiku.
Badannya yang putih mulus sangat menggoda,
buah dadanya yang tidak tampak menonjol di
balik jas dan blasernya tadi siang ternyata cukup
montok dan kencang, paling tidak 34C. Perutnya
rata seperti halnya seorang peragawati, dan yang
paling seksi adalah bulu rambut bawahnya
dirapihkan hingga membentuk V, pemandangan
yang tiada duanya.
Aku kembali naik ke atas tubuhnya, kucium dan
kujilati lehernya, terus turun hingga ke belahan
buah dadanya, kunaiki bukit itu hingga putingnya
yang masih kemerahan. Jilatanku menggoda dan
mengundang kegelian pada Nana, dibelainya rambutku.

"Ssshh.. sshh.., trus sayang..! Yaa.. he.. emm..!"
desahnya.

Jilataan dan sedotanku berpindah dari puncak satu
ke lainnya, sambil tanganku mengusap bibir
vaginanya yang ternyata sudah basah.
Nana menggelinjang, entah sudah berapa lama
tidak dicumbu oleh laki-laki, cengkeraman di
rambutku makin kencang dan desahannya
semakin keras. Lidahku sudah menjelajah ke
daerah perut, berlanjut hingga paha.
Kupermainkan jilatan di lututnya, membuat dia
menggeliat-geliat, kemudian betis, terakhir
kukulum jari-jari kakinya kiri dan kanan.
"Hend, kamu sungguh romantis..," katanya
sambil melihatku menjilati jari kakinya.
Giliran selanjutnya adalah selangkangan,
aromanya sungguh merangsang, kujilati dari
bibir luar hingga masuk ke dalam.
"Aaagghh.., sshh.. hhmm.. yess..!" desah Nana
ketika kujilat sambil kumasukkan jari tanganku ke
vagina dan mengocoknya.
Kumainkan lidahku menjelajahi bibir dan luar
vagina, jilatan terus turun hingga ke lubang anus
dan kembali lagi ke bibir vagina. Tidak tahan
diperlakukan seperti itu lebih lama, Nana
memintaku untuk telentang, kemudian dia
bersimpuh di antara kakiku.
"Ini adalah penis kedua yang kupegang setelah
suamiku, jauh lebih besar dari punya dia, dan aku
tak pernah malakukan ini." kata Nana langsung
menjilati ujung kejantananku.
Sambil mengocok, dimasukkan kepala
kejantananku ke mulutnya, tanpa kesulitan yang
berarti dia mengulum lebih dari setengah batang
17 cm penisku (mungkin biasa dengan dildo), lalu
dikocoknya keluar masuk dengan mulut
mungilnya. Takut keterusan, kutarik tubuhnya
hingga dia telentang, kemudian kembali kutindih
tubuh sexy-nya.
Kali ini kami sama-sama telanjang, bagitu hangat.

Kami berciuman lagi, sementara tangan Nana
menuntun kejantananku ke vaginanya, disapukan
ke seluruh permukaan bibir vagina dan dengan
sekali dorong amblaslah kejantananku ke vagina
yang pertama kali kuimpikan, masuk semua.
"Aaahh.. sshh.. yaa.. oeh.., yaa..!" desahnya.
Kubiarkan sesaat, kami berdua sama-sama tidak
bergerak, saling menikmati saat-saat indah yang
sudah lama kudambakan. Kupandangi wajahnya
dengan penuh kasih, sorotan matanya
memancarkan kerinduan yang dalam.
"Hend, I miss you soo much..!" katanya sambil
mencium bibirku.
Perlahan kutarik keluar, tapi Nana menahannya,
memintaku untuk tetap diam.
"Biarkan aku menikmati saat indah ini..," katanya
lagi, hingga terasa denyutan ringan dari dalam
vaginanya, kuanggap sebagai tanda.
Maka pelan-pelan kutarik keluar, kemudian pelan-
pelan pula kudorong masuk lagi.
"Ooouugghh.. yess.., Hend.. fuck mee..!"
desahnya.
Pinggulku makin cepat turun naik, kocokanku
bertambah cepat dan keras aku menyodoknya.
"Fuck mee..! Pleaassee.., harder.. harder.., yess..
begitu.., teruss..!" Nana mulai mengerang.
Berulang kali dia mencium dan mengigit ringan
bibirku karena gemas, tangannya mencengkeram
tanganku, sementara satunya meremas ujung
bantal. Kaki Nana menjepit pinggangku sehingga
pinggulnya sedikit terangkat, lebih memudahkan
aku untuk mendorong lebih dalam dan lebih
cepat. Erangan dan desahan Nana makin keras,
sepertinya dia meluapkan rasa dahaganya,
pinggulnya ikut bergoyang mengimbangi goyanganku.

Tiba-tiba Nana terdiam, remasan di tanganku
makin kencang.
"Sayang, aa.. kuke.. ke.., lu.. aarrgghh.., yaa..
yess..! Oh my god.., yess.., Heenn..!" teriak Nana
ketika kurasakan denyutan berkepanjangan
seirama dengan teriakan Nana, kemudian
tubuhnya melemas.
Kuhentikan gerakanku untuk memberi dia waktu,
tapi sepertinya Nana tidak mau berhenti,
pinggulnya kembali bergoyang.
"Ayo sayang, keluarkan di dalam, aku sudah lama
tidak merasakan semprotan sperma di
vaginaku..," pinta Nana mempercepat
goyangannya.
Kunaikkan kembali tempo goyanganku dan makin
keras, apalagi setelah Nana menaikkan kakinya ke
pundakku, kejantananku serasa menyentuh
dinding rahimnya. Desahan demi desahan keluar
dari mulut Nana, goyangan dan gelinjangan
tubuh Nana membuatku tidak dapat bertahan
lebih lama, ditambah perasaan kangen yang
mendalam sehingga pertahananku runtuh, maka
menyemburlah spermaku di vaginanya.
"Ooouuhh.., yess.. oohh my god yess, ya
Sayang.., terus.., yess.. oh.., I like it.., yess..
oohh..," desahnya ketika semburanku
menghantam dinding vaginanya.
Denyut demi denyut mengalir di liang vaginanya,
ternyata teriakannya lebih histeris dibandingkan
kalau dia sendiri yang orgasme. Dapat dimaklumi,
karena vibrator maupun dildo tidak dapat
memberikan sensasi denyutan yang seperti itu,
dan hal itu mengisi dahaga Nana. Kami
berciuman lagi, hingga kejantananku melemas
dengan sendirinya.
"Thank you Hend.., kamu telah mengisi
kedahagaanku, I love you..," katanya sambil
kembali menciumku dan kami telentang sambil
berpelukan, kepalanya direbahkan di dadaku.
Sesaat kami terdiam mengenang peristiwa indah
yang baru terjadi, impian yang menjadi
kenyataan setelah lebih dari sepuluh tahun
terpendam.


Adult | GO HOME | Exit
1/1806
U-ON

inc Powered by Xtgem.com